Country Garden Bebani Pemulihan Ekonomi China
Jakarta - Pergerakan Index Harga Saham Kombinasi (IHSG) kuat 0,8 % ke posisi 6.983 pada perdagangan 11-15 September 2023. Pengokohan IHSG didorong bidang saham basic materials dan energi masing-masing 6 % dan 1,9 %.
Tetapi, investor asing lakukan tindakan jual saham USD 30 juta sepanjang seminggu. Pada minggu ini, Amerika Serikat (AS) melaunching data consumer price indeks (CPI), index yang menghitung inflasi ini akan menjadi satu diantara pemikiran bank sentra AS atau the Federasi Reserve (the Fed) minggu kedepan berkaitan peraturan suku bunganya.
Inflasi rupanya semakin tinggi dari bulan sebelumnya. Tetapi, inflasi pokok menurun jadi 4,3 %, tingkat paling rendah semenjak September 2021.
Bersamaan data itu tidak mengagetkan pasar, keinginannya the Fed masih tetap jaga suku bunga dengan kemungkinan 97 %. Dalam pada itu, Indonesia menulis neraca perdagangan semakin tinggi dari yang diharap pada Agustus 2023, dan import turun.
Lantas bagaimanakah dengan China?
Meneruskan trend positif berdasar data minggu kemarin, China mulai memperlihatkan pertanda rekondisi. Pemasaran retail year on year (YoY) pada Agustus 2023 semakin tinggi dari yang diprediksi (4,6 % versus 2,6 %). Produksi industri YoY di bulan yang juga sama semakin tinggi dari prediksi (4,5 % versus 3,5 perse).
"Pemerintahan China tingkatkan ide untuk tingkatkan perbaikan perekonomian dengan menambah semakin banyak likuiditas ke pasar lewat hutang setahun sebesar USD 26,3 miliar dan pengurangan persyaratan pencadangan.
"Kenaikan likuiditas ini bersamaan kegiatan ekonomi dalam negeri alami kenaikan karena meledak perjalanan musim panas, kurangi penekanan deflasi," tulis Ashmore.
Antara obligasi perseroan, obligasi dengan periode waktu paling dekat akan jatuh termin pada Oktober sebesar USD 67,enam juta. Pasar global terus alami hal yang sama mengawasi bagaimana perusahaan akan mengurus keseluruhan kewajiban sekitaran USD 188 miliar.
Dalam pada itu, pasar global masih tetap berfluktuasi walau terdapat dua kritis di dunia dengan negara ekonomi paling besar sedang ke arah normalisasi dengan pengurangan inflasi pokok AS dan ekonomi China mulai memperlihatkan pertanda perkembangan. Dan inflasi komoditas di Indonesia belakangan ini karena menyusutnya suplai energi global dan dampak El Nino terus memberi guncangan pada pasar.
Komentar
Posting Komentar